Adalah tetangga kita paling dekat sekaligus tempat tujuan utama wisata masyarakat Indonesia. Negara yang tak lebih besar dari Yogyakarta, kira-kira. Entah kenapa Singapura mempunyai daya tarik tersendiri untuk didatangi.
Singapura tidak begitu saja muncul jadi kekuatan di Asia Tenggara. Jika menilik ke belakang, Singapura awalnya hanya sebuah negara dengan kondisi berantakan. Dulunya, konflik antar etnis sering terjadi, dibarengi dengan penegakan hukum yang korup, sikap masyarakatnya yang jorok, dan tingkat pengangguran menggila. Segala keburukan di masa lampau diperparah dengan fakta bahwa Singapura tidak punya kekayaan alam dan pasar yang kecil karena jumlah penduduk yang sedikit menempati area seluas hanya 400km persegi. Tetapi
semuanya berubah saat Lee Kuan Yew memimpin. Lee menerapkan prinsip disiplin masyarakat adalah jalan keluar dari keterpurukan. Lee menerapkan denda tinggi bagi mereka pelaku vandalisme. Membuang sampah sembarangan, perilaku tidak tertib di jalanan, bahkan Lee sempat menerapkan denda bagi masyarakat yang berambut gondrong. Akhirnya dengan sikap mental disiplin tinggi, kita melihat seperti apa Singapura saat ini.
India
Negara yang mirip dengan Indonesia: memiliki kekayaan sumber daya alam, namun banyak penduduknya yang hidup di bawah garis kemiskinan. IHD (index human development) India berada di peringkat 127, jauh di bawah Indonesia yang berada di peringkat 111. Namun yang membedakan India dengan Indonesia ada banyak hal. Salah satunya, India sangat concern terhadap pendidikan dan pengembangan teknologi demi cita-cita India menjadi negara maju pada tahun 2020. Oleh karena itu, perguruan tinggi di India diselenggarakan dengan standar internasional sehingga lulusannya pun bisa memperoleh pekerjaan di luar India. Uang kuliah pun terjangkau, hanya 10.000 rupee (sekitar Rp 2 juta) per tahun, bandingkan dengan biaya kuliah di Indonesia. Jumlah itu di India setara dengan gaji sebulan guru SD disana. Terlebih lagi, negara dengan jumlah penduduk mencapai 1.2 milyar ini ternyata memiliki cara hidup yang sederhana. Hal ini bisa dilihat dari para pejabatnya yang bekerja dengan mobil dinas produk dalam negeri dengan harga Rp. 80 juta hingga 105 juta. Bahkan PM Manmohan Singh juga menggunakan mobil Ambassador buatan dalam negeri yang mirip Fiat tahun 1950-an dan 60-an di Indonesia. Ini bukan karena India tidak mampu membeli mobil mewah, namun dikarenakan para pemimpin memahami derita 60 persen rakyatnya yang masih ada dalam garis kemiskinan. Bandingkan dengan mobil dinas pejabat kita yang berharga 1,3 M! Ternyata di India ajaran Swadesi Bapak Bangsa Mahatma Gandi yaitu menekankan bangsa India harus bisa berdiri di atas kaki sendiri masih tetap di pegang teguh para pewaris bangsanya. Perbandingan bumi-langit dengan sikap mental pejabat pemerintah Indonesia.
Jepang
Adalah contoh lain yang patut ditiru. Setelah dijatuhi bom atom pada Perang Dunia II, siapa yang menyangka Jepang bisa bangkit sampai dengan saat ini. Jepang ternyata mampu menjatuhkan bom atom ekonomi, bahkan di Amerika. Karena invasi ekonomi Jepang, saat ini sekitar 250 ribu buruh pabrik mobil di Boston dan Detroit terpaksa menganggur karena mobil Amerika kalah saing oleh mobil buatan Jepang. Setelah keterpurukan bom atom Hirosima-Nagasaki, pemerintah Jepang menerapkan sistem yang bernama Kaizen. Prinsip Kaizen (continuous improvement) bermakna bahwa setiap orang ahli pada pekerjaannya masing-masing. Setiap orang dianggap luar biasa pada bidang kerjanya masing-masing. Karena itu, setiap orang diharapkan dapat memberikan sumbang saran dan upaya untuk melakukan perbaikan yang berhubungan dengan pekerjaannya. Jepang pun menjadi negara maju setelah hancur lebur.
Korea Selatan
Sebelum 1970, keadaan alam Korea Selatan sangat tandus karena kondisi perang saudara yang membuat porak-poranda. Saat itu bahkan kondisi Korsel tidak jauh beda dengan negara-negara di Afrika. Park Chung Hee pun mengajarkan rakyat Korsel sikap mental percaya diri dengan tiga spirit utama : mandiri, gotong royong, dan rajin. Park menerapkan prinsip selalu berada selangkah di depan. Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus bangun. Ketika orang lain bangun kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan, kamu harus berlari. Dan ketika orang lain berlari,kamu harus terbang. Itulah prinsip yang diajarkan oleh Park. Menunjukan dan mengajarkan rakyat Korsel bahwa waktu sangat berharga. Saat ini lihatlah majunya Korsel menjadi negara kelas satu melalui industrialisasi yang berorientasi ekspor.
Sejarah telah membuktikan bahwa kekayaan alam melimpah ruah yang dimiliki oleh suatu negara bukan jaminan menjadikan negara itu maju dan kuat. Sementara ketiadaan kekayaan alam juga bukan jaminan bahwa suatu negara sulit atau bahkan tidak bisa menjadi negara maju dan kuat. Hal terpenting adalah bagaimana masyarakat di suatu negara bisa hidup dengan sikap mental yang berorientasi kepada kemajuan, dengan atau tanpa sumber daya alam yang melimpah.
Cina
Lihatlah Cina, mereka bisa maju karena adanya para pemimpin yang sungguh-sungguh bekerja dan berpihak pada rakyatnya, sehingga rakyatpun dengan sungguh-sungguh mendukung.
Setelah era Deng Xiao Ping, Cina memiliki pemimpin yang kharismatik melalui sosok Jiang Ze Min (Presiden), Zhu Rong Ji (Perdana Menteri), dan Li Peng (Ketua Legislatif).
Para pemimpin Cina ini sungguh-sungguh memberantas penyakit korupsi yang merupakan penghambat pembangunan dan kemajuan negara.
Para pemimpin Cina ini sungguh-sungguh memberantas penyakit korupsi yang merupakan penghambat pembangunan dan kemajuan negara.
Ketegasan para pemimpin Cina itu dalam waktu yang tidak lama berhasil menekan kasus korupsi. Bandingkan dengan negara kita, sejak reformasi sampai saat ini, kasus korupsi sepertinya tidak beranjak turun.
Mengapa?
Karena para pemimpinnya sendiri banyak yang terlibat kasus korupsi. Bahkan para aparat penegak hukum justru tidak sedikit yang menjadi pelanggar hukum dengan melakukan korupsi.
Dengan segala potensi yang kita miliki sebagai sebuah negara, mengapa sampai hari ini negara kita belum bisa mencapai kemajuan dan kemakmuran?
Penyebabnya karena para pemimpin kita sendiri tidak ingin menjadi bangsa maju dengan perilaku mereka yang menghambat kemajuan dan kemakmuran di negerinya.
Jadi, intinya untuk maju seperti Cina, kita harus memiliki pemimpin yang benar-benar seorang pemimpin yang bisa memimpin rakyatnya. Tidak butuh banyak partai yang justru banyak menimbulkan masalah bagi rakyat.
Belajarlah kepemimpinan dari para pemimpin Cina yang telah sukses bekerja, tidak perlu belajar ajaran komunisnya untuk memajukan negeri tercinta ini.
Jadi masihkah kita bangga dengan predikat gemah ripah loh jinawi padahal kita belum bisa keluar dari keterpurukan?. Banggakah kita memiliki sumber alam melimpah ruah jika pada kenyataannya dikuasasi oleh orang asing dan di eksploitasi?. Ironis dan tragis!.
sumber : myfirecracker dan ekonomi.kompasiana
luas negara singapura lebih luas sedikit dari DKI Jakarta,bukan Yogyakarta
BalasHapusterima kasih atas masukkan, saya membandingkan di wikipedia luas wilayah masing-masing :
HapusSingapura : 710.2 km2
DKI jakarta : 740.28 km2
Yogyakarta : 3.185,80 km2
silahkan cek di web wikipedia.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus