Jumat, Oktober 21, 2011

Pergi Ke Orang Pintar Bukan Sebuah Solusi

Ustadz Sulhan Jauhari, Lc



Ustadz Muhammad Amruddin
Alloh Ta’ala menguji manusia agar diketahui siapakah yang beriman dan siapakah yang ingkar. Diantara bentuk ujian yang Alloh Ta’ala berikan adalah berbentuk kekayaan, kemiskinan, sakit, tekanan hati, kehilangan harga benda, kehilangan anak dan lain sebagainya. Banyak kalangan yang salah dan tersesat  dalam menyelesaikan masalah. Mereka mengambil jalan pintas untuk menuntaskan permasalahan yang sedang dihadapi. Apakah itu berbentuk penyakit, problem rumah tangga, karir, jodoh, persaingan bisnis dan lain sebagainya. Sebagian orang menganggap pergi ke “orang pintar” adalah solusi.
SIAPAKAH “ORANG PINTAR” ITU ?
Sebutan “orang pintar” sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia. Kata tersebut
sangat mengesankan dan memikat. Akan tetapi sungguh disayangkan yang dimaksud sebagai orang pintar disini bukanlah ulama ataupun fuqoha (ahli fiqih). Bila dicermati dengan seksama, maka dapat dikatakan bahwa mereka adalah dukun, tukang sihir atau peramal. Sebab realita yang ada pada praktek yang mereka jalankan adalah semata-mata hanya perdukunan, sihir atau ramalan.
Seseorang jika menghadapi suatu masalah dan sudah menempuh berbagai jalan akan tetapi hanya kata “buntu” yang didapat, maka seringkali ia memperoleh banyak saran dari berbagai kalangan untuk pergi ke orang pintar.
Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh berkata : “Dukun adalah orang yang mengambil informasi dari setan yang mencuri pendengaran dari langit. Jumlah mereka dahulu sebelum masa kenabian sangat banyak, akan tetapi setelah masa kenabian jumlah mereka sedikit karena Alloh Ta’ala menjaga langit dengan adanya bintang-bintang pelempar setan. Kebanyakan perkara yang terjadi pada umat ini adalah berita yang disampaikan oleh jin kepada para wali-walinya dari kalangan manusia tentang perkara ghoib sesuai dengan apa yang terjadi di bumi, sehingga orang bodoh mengira bahwa itu merupakan kasyf (kemampuan melihat perkara ghoib) dan karomah. Banyak orang yang tertipu dalam masalah ini, mereka menganggap bahwa orang yang menyampaikan berita dari jin itu adalah wali Alloh.[1]
Lalu bagaimana halnya dengan orang yang mendatangi kyai yang membuka praktek perdukunan ? bukankah yang disebut kyai adalah ulama yang taat dalam beragama ?
Ini adalah salah satu cara syetan untuk menggelincirkan anak cucu Adam agar tersesat jalan. Mereka mengganti istilah dukun dengan berbagai penamaan agar bisa diterima oleh semua kalangan, seperti kyai, orang pintar, paranormal, orang tua, ahli spiritual, tabib atau nama lain yang mengesankan. Karena jika dikatakan dukun atau peramal atau tukang sihir orang pasti akan lari darinya.
Banyak sekali tukang-tukang ramal yang mengaku dirinya sebagai tabib dan mengobati orang sakit dengan menggunakan sihir atau perdukunan. Mereka ini banyak menyebar di berbagai negeri. Orang-orang awam yang tidak mengerti sudah banyak menjadi korban penyesatan mereka.
MENDATANGI “ORANG PINTAR
Hukum pergi ke “orang pintar” sebagaimana yang dimaksud diatas adalah haram. Lebih haram lagi jika bertanya kepadanya dan mempercayai ucapannya. Banyak dalil yang menjelaskan akan hal ini, diantaranya adalah sabda Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barang siapa yang mendatangi peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka sholatnya tidak diterima selama empat puluh hari”. (HR. Muslim : 4137)
“Barang siapa yang mendatangi peramal atau dukun dan mempercayai ucapannya, maka dia telah ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”[2]
“Barang siapa yang mendatangi dukun dan mempercayai ucapannya, maka ia telah ingkar terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[3]
Hadist diatas menunjukkan bahwa mendatangi dukun dan sejenisnya jelas haram hukumnya. Syaikh Abdurrohman bin Hasan berkata : “Dalam hadist tersebut terdapat larangan untuk mendatangi dukun dan sejenisnya.”[4]
Setelah menyebutkan hadist-hadist diatas, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata dalam risalahnya : “hadist-hadist mulia ini menunjukkan larangan mendatangi tukang ramal, dukun dan sejenisnya, larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal yang ghoib, larangan mempercayai dan membenarkan apa yang mereka katakan dan ancaman bagi mereka yang melakukannya”.
Lebih lanjut beliau menyatakan : “hadist-hadist Rosululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut diatas membuktikan tentang kufurnya para dukun dan tukang ramal karena mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghoib dan mereka tidak akan sampai pada tujuan yang diinginkan melainkan harus dengan cara berbakti, tunduk, taat dan menyembah jin. Dan ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Alloh Ta’ala.
Orang-orang yang membenarkan pengakuan mereka dalam mengetahui hal-hal yang ghoib dan meyakininya, maka hukumnya sama seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima perkara ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dari mereka.[5]
DUKUN, PERAMAL DAN PENYIHIR ADALAH MUSYRIK
Perbuatan syirik adalah menyekutukan Alloh Ta’ala dalam segala bentuk ibadah dan perkara-perkara yang merupakan kekhususan Alloh Ta’ala. Pengakuan mereka mengetahui perkara yang ghoib tidak lain hanya sekedar terkaan atau berita yang diperoleh dari jin semata. Semakin besar ketaatan mereka kepada jin atau setan maka semakin besar pula bantuan setan kepada mereka. Berbagai bentuk kekufuran yang mereka lakukan sendiri ; menyembelih binatang tertentu dan ditempat tertentu dengan menyebut nama setan mereka, menginjak-injak Al-Qur’an, mengencinginya atau meletakannya ditempat pembuangan kotoran dan yang sejenisnya adalah semata-mata agar setan ridho kepada mereka dan mau membantu urusan mereka. Maka dapat dipastikan perbuatan seperti ini adalah perbuatan kekufuran.
Telah diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata : “Beberapa orang bertanya kepada rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dukun, maka rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Mereka (para dukun) bukan apa-apa (tidak mengetahui apa-apa)”. Mereka berkata “Wahai Rosululloh, terkadang sesuatu yang mereka katakan itu benar terjadi ?”. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :”Perkataan yang benar itu adalah bisikan jin yang disampaikan ke telinga walinya (dukun) seperti suara ayam betina, lalu mereka campur dengan lebih dari seratus kedustaan”. (HR. Bukhori : 5745).
Dalam riwayat lain Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila Alloh memutuskan suatu perkara di langit, para Malaikat mengepakkan sayapnya karena tunduk atas firman-Nya seolah (suaranya) seperti rantai diatas batu. Dan tatkala dihilangkan rasa takut dari hati mereka, maka mereka berkata : “Apa yang telah difirmankan Robb kalian ?” Mereka berkata kepada yang bertanya : “Kebenaran dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar”. Maka para pencuri pendengaran mendengarnya. Demikianlah sebagian mereka diatas sebagian yang lain – Sufyan bin ‘Uyainah memperagakan dengan tangannya dan merenggangkan jemarinya-. “Pencuri itu mendengar perkataan (Malaikat) lalu dibisikkan kepada yang ada dibawahnya. Kemudian yang lainnya menyambung membisikan kepada yang ada dibawahnya, hingga (yang terakhir) menyampaikannya melalui lisan penyihir atau dukun. Dan bisa jadi bintang menyambar setan itu sebelum ia menyampaikannya, dan bisa jadi ia telah menyampaikannya sebelum tersambar bintang, akan tetapi dicampur dengan seratus kedustaan, kemudian dikatakan :”Bukankah dia telah berkata kepada kita pada hari ini dan ini demikian dan demikian. Maka ia dibenarkan karena perkataan yang didengar dari langit.” (HR. Bukhori : 4426).
PERKARA GHOIB HANYA ALLOH YANG MENGETAHUI
Sungguh kedustaan para dukun dan yang semisalnya sangat nyata, karena sesungguhnya perkara ghoib hanya Alloh Ta’ala yang yang mengetahuinya.
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya :
Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman : 34).
Dalam ayat lain Alloh Ta’ala berfirman yang artinya :
“Dan disisi Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri.” (QS. Al-An am : 59).
Dalam ayat lain Alloh Ta’ala berfirman yang artinya :
“(Dia adalah Tuhan) yang Mengetahui yang ghoib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghoib itu kecuali kepada rosul yang diridhoi-Nya.” (QS. Al-Jin : 26 – 27).
Tidak selayaknya seorang muslim yang mengaku beriman kepada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya mendatangi mereka untuk menanyakan jalan keluar dari masalah yang dihadapi karena barang siapa yang mengikuti mereka, maka hukumnya sama seperti mereka. Mempercayai cerita-cerita bohong mereka atau menyakini benda-benda pemberian mereka seperti : azimat-azimat, sabuk, rajah yang tidak dapat dipahami maknanya, tulisan-tulisan untuk ditempel ditempat-tempat tertentu, atau barang-barang yang harus ditanam disuatu tempat dan lain sebagainya. Itu semua adalah praktek-praktek perdukunan yang penuh kesyirikan.
Maka hendaknya masing-masing kita senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala dengan taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, bertakwa kepada-Nya dengan sebenarnya serta senantiasa memohon ampun dan perlindungan kepada-Nya dari syirik dan pelakunya. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Syirik pada kalian lebih halus daripada langkah semut, akan aku tunjukkan kepadamu sesuatu jika engkau kerjakan dapat menghilangkan syirik darimu baik yang kecil ataupun yang besar. Ucapkan: “Ya Alloh, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui.”[6]
Semoga Alloh Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk kepada kita untuk dapat beramal sesuai dengan yang Dia cintai dan ridhoi dan menghindarkan kita dari perbuatan syirik yang merupakan kezholiman paling besar. Wallohu a’lam
Disalin dari Majalah LENTERA QOLBU edisi 5 vol: 1 Dzulqa’dah 1431 H
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com
Catatan Kaki:

[1] Fathul Majid, Syarhu Kitabit Tauhid, Abdurrohman Hasa Alu Syaikh. Masyru Maktabati Tholibil Ilmi, Jam’iyyatu Ihya’it Turots Al Islamy, Kuwait, Cetakan ke-5 Tahun : 1421 H / 2001 M, Bab : Dukun dan Sejenisnya, Hal. 329
[2] HR. Abu Daud, Rimidzi, Nasa’I, Ibnu majah, Hakim. Dan dinyatakan shohih oleh Imam Hakim bahwa hadist tersebut sesuai dengan kriteria Bukhori dan Muslim akan tetapi mereka tidak mengeluarkannya. Lihat kitab Syaikh Albani rahimahullah dengan judul: Shohihut Targhib wat Tarhib : 3047
[3] HR. Bazzar, dinyatakan shohih oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam Shohihut Targhib wat Tarhib : 3044
[4] Fahtul Majid, Syarh Kitabit Tauhid, Abdurrohman Hasan Alu Syaikh. Bab : Majaa fil kuhhan wa nahwihim, Hal : 330
[5] Risalatun fi Hukmis Sihri wal Kahanah, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. Cetakan Indonesia : Risalah Tentang Hukum Sihir dan Perdukunan, Cetakan Departemen Urusan Ke-Islaman, wakaf, dakwah dan bimbingan Islam – KSA, Tahun : 1419 H, Hal : 7 – 8
[6] HR. Bukhori dalam Al-Adabul Mufrod : 738.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar