Bagi umat Islam, hendaknya Al-Qur’an dijadikan sebagai kitab pedoman hidup untuk kebahagiaan di dunia dan akherat. Tetapi harus diakui, mendekati akhir zaman ini Al-Qur’an sudah menjadi kitab suci yang mulai terlupakan oleh sebagian umatnya. Jangan lagi ditanya apa itu ilmu tajwid atau fiqih, mungkin malah akan membuat mereka semakin bingung dan serba salah.
Lihat saja kenyataan di sekitar kita atau bahkan dalam keluarga, setelah Maghrib tiba jarang terdengar lantunan ayat suci dari tiap-tiap rumah muslim. Gaungnya sudah dikalahkan oleh suara sinetron dan acara televisi lainnya.
“Ngapain lagi baca Qur’an? Kan yang penting saya ini sudah rajin sholat dan berbuat baik….”
Jangan pernah berkhayal akan masuk surga hanya dengan melakukan sholat. Buang jauh-jauh pemikiran egois tersebut dari otak kita. Kenapa? Sekedar rajin sholat belumlah cukup bila tidak diiringi dengan perbuatan yang penuh manfaat, dan tentunya setiap perbuatan harus mengacu pada Qur’an dan Hadist. Bagaimana kita mau memahami isinya jika Qur’an hanya menjadi pajangan saja?
Contoh kecil, banyak umat Islam yang membiarkan dan mendukung cinta sejenis dengan alasan HAM. Apakah dia telah lupa bahwa di dalam Al-Qur’an, Allah sangat melaknat perbuatan tersebut dan melarang umatnya untuk tolong menolong dalam kebathilan? Tugas kita hanya menyampaikan kebenaran dan membimbing orang yang khilaf, bukan memaksakan apalagi makin menjerumuskan ke lembah nista. Bila mereka tidak mau mendengar ocehan kita, biarlah itu jadi urusan dia dengan Tuhan.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tapi tdk digunakan untuk memahami (ayat2 Allah), dan mereka mempunyai mata tapi tidak digunakan untuk melihat (tanda2 kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tapi tidak digunakan untuk mendengar (ayat2 Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang2 yang lalai.” (QS AL-A’raf 7:179)
Mari, sesama muslim makin meningkatkan Ukhuwah Islamiyah. Jangan mudah dipecah belah dan gemar debat kosong soal akidah. Kita terus belajar dan menambah ilmu agama, tetap fastabiqul khairat. Saling mengingatkan itu lebih baik daripada merasa yang paling benar…
Artikel : Zuragan Qripik (Kompasianer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar