Perbandingan antara alam dunia dan alam akhirat itu, ibarat ujung jari dicelupkan ke samudera. Setetes air yang ada di ujung jari itulah dunia, dan samudera itulah akhiratnya. Demikianlah suatu ketika Rasulullah dawuh kepada para sahabat, sebagaimana diceritakan dalam HR Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad.
Saya sempat tercengang ketika merenungi dawuh Nabi itu. Betapa hebatnya pengetahuan dan pemahaman beliau tentang alam akhirat. Saya membayangkan, agaknya, ini karena beliau sudah menyaksikan sendiri besarnya alam berdimensi tinggi yang kita kenal sebagai alam Akhirat itu. Bukankah beliau memang sudah sampai di ‘puncak langit’ bernama Sidratul Muntaha, dimana alam akhirat terlihat? Bahkan, beliau digambarkan begitu terpesona menyaksikan alam berdimensi sepuluh yang meliputi alam dunia. Sehingga, muncullah kesimpulan bahwa alam rendah bernama Dunia ini ternyata hanya seperti setetes air di samudera nan luas ketika dibandingkan dengan alam Akhirat.