Senin, Februari 04, 2013

Kisah Dr. Laurence Brown Seorang Ateis


Salam damai, saya Dr. Laurence Brown dengan episode selanjutnya dari “Interfaith Issues.” Hari ini saya akan membahas topik yang mungkin akan mengejutkan banyak dari kalian dan hal itu adalah bagaimana saya masuk Islam. Sepanjang serial ini dan sepanjang pekerjaan saya yang lain, sebagian orang menghampiri saya dan bertanya bagaimana saya menjadi muslim dan alasannya adalah untuk menceritakan kisahku kepadamu, menjawab pertanyaan setiap orang, dan membuat orang-orang tahu bagaimana aku membuat perubahan besar dalam hidupku dan agamaku, jadi aku memutuskan untuk menceritakan kisahku.


Kisahnya membawa kita kembali kepada tahun 1990. Sebelum tahun 1990, aku adalah orang Amerika pada umumnya. Aku mengikuti filosofi hidup bahwa seseorang yang mati dengan kekayaan terbanyak berarti menang. Aku menghabiskan hidupku mengumpulkan berbagai hal di dunia ini dan hanya itulah hal yang kutahu. Itulah satu-satunya tujuan dalam hidupku. Pada tahun 1990, anak perempuan keduaku lahir. Kurasa aku tidak mendengarkan ketika itu. 

Pada saat anak perempuan pertamaku lahir, Christina, sepuluh bulan sebelumnya, dia melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan anak lain sebelumnya, dan hal itu adalah dia mampu berdiri dari sejak pertama kali dia lahir. Dari hari pertama, jika aku mendirikannya, dia bisa berdiri sendiri. Dan aku seorang dokter. Aku seorang dokter di bidang medis, aku mengerti bahwa itu adalah sesuatu yang tidak dapat dilakukan bayi yang baru lahir, tapi aku tidak melihatnya sebagai sebuah keajaiban. Aku melihatnya sebagai sesuatu yang menarik, sesuatu yang mengagumkan pada anak ini, tapi kurasa aku tidak paham pesan dibaliknya. Kurasa pesannya harus datang kepadaku untuk kedua kalinya. Dan kedua kalinya pesan itu datang dalam cara yang lebih dramatis.

Jadi 10 bulan kemudian, pada tahun 1990, anak perempuan keduaku, Hannah terlahir. Dan Hannah dipindahkan langsung dari ruang bersalin di rumah sakit ke bagian Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan mereka tidak memberitahuku apa alasannya. Aku seorang dokter yang bekerja di rumah sakit George Washington University, yang merupakan salah satu rumah sakit paling terkenal di Amerika Serikat. Itulah rumah sakit dimana Presiden Ronald Reagan dirawat ketika dia tertembak. Kau tidak bisa menyalahkan perawatan medis di rumah sakit itu. Mereka mempunyai standar perawatan medis paling tinggi.
Jadi ketika aku tahu bahwa anak perempuan keduaku membiru, aku sangat khawatir. Aku melihatnya dalam Intensive Care Unit (ICU), mulai dari dadanya hingga ke ujung kakinya, dia begitu lebam, satu-satunya cara aku dapat menjelaskannya adalah dia berwarna biru gelap, biru yang sangat-sangat gelap dan lebam. Dan untukmu yang bekerja di bidang medis tentunya tahu apa artinya itu, banyak orang yang bahkan tidak bekerja di bidang medis tahu apa artinya itu, tapi untuk kalian yang tidak tahu, ketika kau melihat urat-uratmu di tangan, pada tangan orang kulit putih sepertiku, urat itu berwarna biru. Alasannya adalah ketika darah membawa oksigen maka warnanya merah. Ketika darah tidak membawa oksigen maka warnanya berubah biru dan itulah warna tubuh anakku.

Kami melakukan Cardiac Ultrasound dan ternyata dia mengalami penyempitan pembuluh darah. Dan pembuluh darah adalah alat transportasi utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh, berawal dari jantung dan terus ke bawah. Dan penyempitan pembuluh darah adalah mengecilnya jalur pembuluh darah. Kau dapat melihat pembuluh darah berada dalam ukuran normal pada sisi lain, tapi di tengah-tengahnya ada penyempitan dimana pembuluh darah menjadi kecil hingga hampir tertutup. 

Jadi itulah kondisi anakku, dia sedang sekarat, tubuhnya lemas. Dan sebagai seorang dokter, aku mengerti apa artinya ini. Aku banyak membantu dalam melakukan operasi bedah jantung, aku tahu bahwa hampir pasti untuk anak ini, dia harus menjalani operasi bedah jantung, mereka akan membedah jantungnya, mereka akan menggantikan pembuluh darahnya dengan sebuah graft (saluran buatan) dan anak ini sedang sekarat.
Berdasarkan teknologi saat itu, yakni 20 tahun yang lalu, harapanku adalah bahwa anak perempuanku sehabis menjalani operasi ini, berhasil hidup untuk beberapa tahun, lalu harus menjalani operasi lagi untuk mengganti graft-nya (saluran buatan) seiring dia bertumbuh dewasa dan pada akhirnya graft itu tidak akan mampu lagi menghidupinya dan dia akan mati. 

Dan itulah pemahamanku waktu itu, itulah pemahaman para dokter di ICU, para dokter yang menangani anakku waktu itu. Jadi kami semua memandangi bayi yang berumur satu hari, bahkan belum sepenuhnya berumur satu hari, yang tubuhnya sedang sekarat karena kekurangan oksigen dan kami hanya mengamati dia perlahan-lahan mati. Mereka memanggil seorang ahli bedah jantung dari rumah sakit anak-anak dari Washington D.C. Ketika dia datang untuk melihat anakku, aku tidak diperbolehkan masuk, karena aku begitu emosional, dan aku tidak membantu mereka, aku mengganggu mereka melakukan pekerjaan mereka. Aku meninggalkan ruang Intensive Care Unit (ICU) dan aku berjalan di lorong, di samping ruang Intensive Care Unit ada tempat berdo’a. Dan aku masih mengingatnya dengan jelas ketika aku berjalan ke dalam ruangan itu dan berdo’a untuk pertama kalinya seumur hidupku dengan begitu tulus. Dan aku mengingatnya karena aku tidak pernah berdo’a dengan tulus sebelumnya. Di sepanjang hidupku, aku selalu berkuasa. Jika ada sesuatu yang aku perlukan, aku tahu cara mendapatkannya. Jika ada sesuatu yang aku inginkan, aku tahu bagaimana cara mendapatkannya. Aku tidak pernah sekali pun dalam hidupku menghadapi situasi dimana aku tidak bisa mengatasinya, situasi dimana aku tahu bahwa aku sudah tidak punya harapan lagi.
Dan banyak orang berpikir bahwa aku masuk Islam dari agama Kristen. Dalam satu sisi, itu ada benarnya juga dan aku akan menjelaskan hal itu, tapi pada saat itu tidak begitu. Aku tidak pernah sekalipun seumur hidupku seorang Kristen. Aku pada saat itu seorang ateis, aku adalah salah satu dari mereka yang menolak keberadaan Tuhan, faktanya aku mencoba untuk mendebat orang-orang agar mereka tidak percaya pada Tuhan.

Ketika aku memasuki ruangan do’a itu, aku mengingat satu hal yang langsung menyentakku dan hal itu adalah bahwa ruangan itu hanyalah ruangan do’a biasa. Tidak ada salib, tidak ada patung, sama sekali tidak ada simbol-simbol keagamaan dan hal itu membuatku merasa nyaman. Tapi karena aku adalah ateis, aku berdo’a dalam cara yang biasa, hanya do’a yang sederhana, tapi do’a ini punya kekuatannya sendiri. Dan do’a itu adalah “Ya Tuhan jika kau memang ada.” Kau harus ingat bahwa aku menghabiskan seluruh hidupku menolak adanya Tuhan, menolak keberadaan-Nya, pada saat itu, aku sadar bahwa tidak ada yang dapat kulakukan, tak ada daya untukku menolong anak yang malang ini dan aku tahu bahwa satu-satunya kekuatan, jika Dia memang ada, yang dapat menolong anakku hanyalah Sang Maha Kuasa. Jadi satu-satunya do’a yang bisa kulakukan adalah “Ya Tuhan jika kau memang ada.” Dan aku akui, sebenarnya dalam hati aku mengatakan “Aku tidak tahu apakah Kau ada atau tidak tapi jika Kau ada, maka aku butuh pertolongan.” Dan aku membuat kesepakatan, aku janji, aku minta pada Tuhan jika Dia menyelamatkan putriku maka jika Dia menuntunku kepada suatu agama, maka agama yang paling menyenangkan-Nya yang akan kuikuti dan aku mengingat kata-kata itu dengan tepat, meminta-Nya untuk menuntunku ke dalam agama yang paling menyenangkan-Nya dan aku janji akan mengikuti agama itu. 

Dan tampaknya aku berdo’a selama 15 menit kemudian aku kembali ke Intensive Care Unit, ketika aku memasukinya, para dokter mengerubungi putriku seperti pemain rugby yang sedang berkumpul. Mereka berada di sisi lain ruangan, ketika aku masuk, mereka melihatku dan aku tahu sesuatu sedang terjadi. Ketika aku berjalan ke arah mereka, dokter ahli bedah jantungnya menatap mataku dan berkata bahwa putriku akan baik-baik saja. Para dokter di sekelilingku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia kemudian memberiku penjelasan tentang (istilah medis) dan caranya menjelaskan padaku bahwa putriku akan baik-baik saja, dan aku melihat ke sekelilingku pada dokter-dokter spesialis yang lain dan kusadari bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang merasa penjelasan itu tidak masuk akal. Dan kusadari meskipun penjelasan itu masuk akal baginya tapi terasa tidak masuk akal bagiku. 

Aku berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya dalam hidupku dan aku hanya dapat percaya bahwa ini pasti karena campur tangan Sang Pencipta. Kita melakukan tes ultrasound sebelumnya yang menunjukkan kondisi kehidupannya yang terbatas, kita melakukan tes ultrasound sesudahnya dan putriku benar-benar normal. Dia tidak perlu dioperasi, dia tidak perlu diobati, dia benar-benar seperti anak normal yang lain bahkan faktanya dia masuk perguruan tinggi tahun ini. Ketika aku melihat keajaiban ini, kusadari bahwa aku membuat sebuah janji. Dan kusadari jika aku tidak memenuhi janji itu, maka aku akan merasa bersalah. Jadi aku mulai mencari. Aku berjanji pada Penciptaku semoga dia menuntunku pada agama yang paling menyenangkan-Nya yang akan kuikuti dan hal yang tidak kuinginkan adalah mati tanpa janji itu terpenuhi.

Aku ingin melanjutkan kisah ini hingga tuntas, tapi kami punya tanggung jawab kepada sponsor kami, jadi aku memintamu untuk bersabar dan tetaplah bersama kami, kami akan beristirahat untuk sejenak dan kembali.

Selamat datang kembali, aku Dr. Laurence Brown dan sedang membicarakan topik tentang kisahku masuk agama Islam dan aku ingin melanjutkan cerita yang tadi, menceritakan bagaimana dan mengapa aku menjadi muslim. Jadi aku mulai membaca kitab suci berbagai agama, aku mulai mempelajari Buddha, Taoisme, Shinto, membaca tentang______. Aku mulai mempelajari Hindu, terus melanjutkan kepada Yudaisme, Kristen, mulai melanjutkan seperti menaiki tangga mempelajari agama monoteisme yang diwahyukan.
Dari setiap agama yang kutemui, aku pada dasarnya hanya menyimpulkan bahwa “Tidak, bukan yang itu.” Tidak terlalu lama untukku untuk meninggalkan Buddha, Taoisme, Hindu, dan itulah mengapa aku akhirnya mempelajari Yudaisme. Dan ketika aku mempelajari Yudaisme akhirnya aku merasa seperti “Ini baru suatu kebenaran.” Tapi juga ada beberapa hal yang tidak aku percaya. Aku melihat beberapa pertentangan dalam Perjanjian Lama yang akan kita bicarakan dalam episode berikutnya, Insya Allah. Aku menemukan prediksi tentang 3 nabi terakhir dan tentunya itu menimbulkan pertanyaan, jika nabi itu bukanlah John The Baptist (Nabi Yahya A.S.) dan Yesus Kristus (Nabi Isa A.S), berarti siapa nabi itu? Jadi aku mulai mempelajari Kristen. Ketika aku mempelajari Kristen, aku mencari ke segala tempat untuk jawabannya. Aku belajar dengan Baptis Selatan, Quakers,___ Orthodox, Katolik Roma, Mormon, Seven Day Adventists, kepalaku merasa pusing karena banyaknya sekte Kristen yang kuikuti baik untuk periode yang sebentar atau lama dan pada akhirnya aku tidak pernah mendapatkan jawabanku. 

Aku pergi ke pendeta dan hal yang jarang dilakukan para Kristen adalah membaca Bible dan menanyakan aspek-aspek darinya. Dan tolong mengerti aku mengatakan ini bukan untuk menjatuhkan siapapun disana, aku tidak bermaksud mengatakannya sebagai kritik kepada para Kristen yang beriman pada keyakinan mereka, aku hanya bermaksud mengatakan bahwa sebagian besar orang Kristen menerima iman mereka tanpa syarat tanpa benar-benar menganalisisnya. 

Aku menemukan bahwa Yesus Kristus menyebut dirinya sebagai anak manusia jadi aku ingin pendeta untuk menjelaskan padaku, kenapa para Kristen menyebutnya sebagai anak Tuhan sedangkan dia menyebut dirinya sendiri sebagai anak manusia. Aku menemukan bahwa Yesus Kristus bertanya dalam 3 tempat berbeda, apakah perintah Tuhan yang paling penting? Dan dia berkata “Ketahuilah hai Bani Israel, Tuhanmu adalah Tuhan yang satu” dan aku tidak dapat menemukan trinitas dimanapun. Sedangkan trinitas tidak ada dalam Bible, mengapa orang-orang mengajarkannya, mengapa orang-orang mempercayainya, mengapa orang-orang mengikutinya, mengapa orang-orang menyampaikannya? Dan mereka mengatakan hal itu berdasarkan I Yohanes 4:7 dan ternyata itu ayat palsu. Ayat itu tidak ada dalam manuskrip yang asli dan mengapa hal itu telah dimodifikasi dalam Bible yang lebih modern? Itulah mengapa kau tidak akan menemukannya dalam Bible bergaris merah yang dipublikasikan pada zaman modern, kau tidak akan menemukannya membicarakan tentang hubungan Bapa, anak, dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu, kau tidak akan menemukannya lagi karena para sarjana zaman ini telah menemukan bahwa itu adalah sisipan yang menyesatkan.

Seperti disebutkan dalam referensi Bible Schorfield bahwa itu adalah sebuah penambahan, itu adalah penyisipan yang menyesatkan, aku ingin para pendeta menjawab pertanyaan ini dan aku tidak pernah menemukan satupun dari sekte apapun dimanapun yang bisa menjawab. Aku merasa lebih kehilangan arah daripada sebelumnya. Aku percaya pada ajaran Yesus Kristus, aku percaya bahwa dia adalah seorang nabi, aku percaya bahwa Tuhan adalah satu, aku percaya bahwa hubungan manusia dengan Tuhan adalah secara langsung tanpa perantara, aku percaya bahwa masing-masing kita bertanggung jawab atas perbuatan kita sendiri, aku tidak percaya bahwa kita membawa noda dari dosa warisan, sebuah dosa yang tidak pernah kita lakukan. Aku merasa aneh dengan teologi trinitarian, tapi aku setuju dengan segala sesuatu yang Yesus Kristus ajarkan dan keduanya adalah hal yang berbeda dan tak ada pendeta yang dapat menjelaskan hal ini padaku.

Untuk beberapa tahun aku terus mencari tapi tak menemukan apapun, karena di Barat, di Amerika, agama terakhir yang orang-orang pertimbangkan adalah Islam. Ketika aku mempelajari Islam, tentang Nabi Muhammad, maka segala sesuatunya menjadi masuk akal. Segalanya menjadi jelas. Perjanjian Lama menjelaskan 3 orang nabi yang akan datang, John the Baptist (Yahya A.S.), Yesus Kristus (Isa A.S.), siapa yang ketiga? Nabi dari Islam, Muhammad S.A.W. Segalanya menjadi jelas. Semua ajaran Yesus Kristus mengajarkan bahwa Tuhan adalah satu, ajarannya bahwa para Nabi termasuk dirinya sendiri adalah manusia biasa. Ajarannya bahwa kita bertanggung jawab langsung dengan Tuhan tanpa seorang perantara, tidak perlu lewat orang suci, tidak perlu lewat pendeta dimana kau mengaku dosa atau meminta pengampunan darinya, tidak, pertanggung jawaban kita langsung kepada Tuhan tanpa perantara. Dan aku merasakan rantai wahyu dalam Islam adalah konsisten. Inilah alasanku mengapa masuk Islam. Aku menemukan dalam Islam, jawaban atas pencarianku dalam kelanjutan dari rantai wahyu, aku menemukan bahwa Islam adalah kesimpulan dari rantai wahyu.

Dan itulah kisahku yang paling pribadi dan mungkin tidak ada seorangpun yang mendapatkan manfaat darinya kecuali untukku. Tapi, tampaknya setiap orang punya testimoni sendiri dan Tuhan akan menuntun siapa yang Dia mau. Jika kau jujur maka Dia akan menuntunmu dalam jalan yang lurus ini. Tapi jika kau punya penyakit hati, jika kau mempunyai suatu ketidakjujuran, jika kau mempunyai hasrat duniawi dimana kau tidak menempatkan Tuhan sebagai tujuan utamamu, dengan mudah kau terjatuh dalam jebakan ini. Kau memulainya dengan berterima kasih pada Tuhan namun kau berakhir menyembah salah satu ciptaannya, menyembah ciptaannya dan bukannya menyembah Sang Pencipta.

Beberapa tahun kemudian, sebagai seorang dokter, aku mempunyai seorang pasien yang mempunyai anak laki-laki yang terlahir dengan penyakit jantung yang berbahaya dan tampaknya dia akan mati. Dia berdo’a pada Tuhan, dia meminta Tuhan untuk menyelamatkan anaknya dan dia juga berjanji. Kemudian anaknya sembuh sama seperti putriku, tapi kau tahu, dia tidak menepati janjinya, dia kembali menjadi ateis.
Dan hal ini menyimpulkan kisahku, karena ketika aku menyaksikan hal itu, aku sadar bahwa aku tidak menjadi muslim karena aku sangat pintar, tidak karena aku dapat menemukan kebenaran di dalamnya sementara orang lain mungkin tidak, Tidak. Wanita ini berada pada situasi yang sama denganku. Dia berdo’a untuk keselamatan putranya yang mengalami gangguan jantungyang fatal, sama sepertiku yang punya putri yang mengalami gangguan jantung. Dan apa perbedaan diantara kami berdua? Perbedaannya adalah Allah menuntunku kepada Islam dan membuatku jujur, dan entah untuk alasan apa, dia tidak jujur. Dia gagal dalam ujiannya. 

Jika ada satu pesan yang ingin kusampaikan kepada para pemirsa adalah, kita datang kepada agama kebenaran bukan karena kuasa kita kecuali jika kita memintanya. Allah menuntun orang yang Dia kehendaki. Berdo’alah pada Allah dalam nama apapun yang kau gunakan untuk memanggil-Nya, berdo’alah kepada Sang Pencipta dengan ketulusan hati, minta kepada-Nya untuk menuntunmu dalam hati dan pikiranmu kepada agama kebenaran dan agar dia membuatmu senang akannya. Dan kau akan menemukan, jika kau memang tulus dan jika Allah menjawab do’amu, kau akan merasakan ketika agama kebenaran memasuki hatimu. Dan Insya Allah kau akan bergabung dengan kami sebagai seorang saudara atau saudari dalam Islam. 

Terima kasih telah menjadi pemirsaku dalam episode lainnya dari “Interfaith Issues”, kita akan melanjutkan lagi di lain waktu, Insya Allah, dan aku berharap dapat bertemu lagi denganmu. Salam damai dan semoga Tuhan menuntun kita semua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar