Selasa, Desember 24, 2013
Sabtu, Desember 21, 2013
Sisi Lain Pinjaman Luar Negeri
Indonesia memiliki setumpuk hutang luar negeri, mayoritas adalah dalam US dolar, sebagian lagi adalah dalam Yen.
Ketika mendapatkan mata uang ini, pemerintah mengkonversi kembali ke rupiah dan kemudian menggunakan uang tersebut untuk membiayai proyek yang akan didanai oleh hutang tersebut.
Katakanlah pemerintah meminjam 50 juta USD untuk membangun sekolah, memperbaiki jalan, dan memperbaiki sanitasi suatu daerah. Pertanyaan bagi kita adalah:
"Bagaimana uang ini nantinya akan dikembalikan?"
Kita tidak bisa membayar hutang dolar dengan rupiah, tidak bisa juga membayar Yen dengan rupiah. Dolar harus dibayar dengan dolar, Yen harus dibayar dengan Yen. Tentu saja, + bunga pinjaman yang juga dalam mata uang dolar atau Yen.
Sekolah, jalan raya, dan infrastruktur tersebut tidak bisa serta merta menghasilkan dolar dan yen! Bunga pinjaman dalam mata uang dolar atau yen ini harus dikembalikan, dan satu-satunya cara mengembalikan adalah kalau kita menjual sumber alam atau produk manufaktur buatan Indonesia kepada negara-negara pemberi pinjaman tersebut.
Bila pinjaman terus menerus diberikan.. suatu ketika bunga-berbunga (compounding interest) dari pinjaman tersebut akan memaksa pemerintah menjual besar-besaran sumber daya alam kita ke negara pemberi pinjaman tersebut... Pajak yang harus dibayar oleh rakyat juga semakin besar, hanya untuk melunasi hutang dan bunga hutangnya.
Siapa yang sebenarnya memberikan hak kepada pemerintah untuk berhutang??? Sepertinya pemerintah tidak pernah meminta izin dari rakyat ketika meminjam uang ke luar negeri, padahal konsekuensi tindakan mereka berdampak secara langsung kepada kehidupan rakyat nya.
Ingat, pemerintah tidak punya uang! Semua uang pemerintah datang dari rakyatnya!
Sumber : http://pohonbodhi.blogspot.com
Ketika mendapatkan mata uang ini, pemerintah mengkonversi kembali ke rupiah dan kemudian menggunakan uang tersebut untuk membiayai proyek yang akan didanai oleh hutang tersebut.
Katakanlah pemerintah meminjam 50 juta USD untuk membangun sekolah, memperbaiki jalan, dan memperbaiki sanitasi suatu daerah. Pertanyaan bagi kita adalah:
"Bagaimana uang ini nantinya akan dikembalikan?"
Kita tidak bisa membayar hutang dolar dengan rupiah, tidak bisa juga membayar Yen dengan rupiah. Dolar harus dibayar dengan dolar, Yen harus dibayar dengan Yen. Tentu saja, + bunga pinjaman yang juga dalam mata uang dolar atau Yen.
Sekolah, jalan raya, dan infrastruktur tersebut tidak bisa serta merta menghasilkan dolar dan yen! Bunga pinjaman dalam mata uang dolar atau yen ini harus dikembalikan, dan satu-satunya cara mengembalikan adalah kalau kita menjual sumber alam atau produk manufaktur buatan Indonesia kepada negara-negara pemberi pinjaman tersebut.
Bila pinjaman terus menerus diberikan.. suatu ketika bunga-berbunga (compounding interest) dari pinjaman tersebut akan memaksa pemerintah menjual besar-besaran sumber daya alam kita ke negara pemberi pinjaman tersebut... Pajak yang harus dibayar oleh rakyat juga semakin besar, hanya untuk melunasi hutang dan bunga hutangnya.
Siapa yang sebenarnya memberikan hak kepada pemerintah untuk berhutang??? Sepertinya pemerintah tidak pernah meminta izin dari rakyat ketika meminjam uang ke luar negeri, padahal konsekuensi tindakan mereka berdampak secara langsung kepada kehidupan rakyat nya.
Ingat, pemerintah tidak punya uang! Semua uang pemerintah datang dari rakyatnya!
Sumber : http://pohonbodhi.blogspot.com
Kamis, Desember 19, 2013
Mitos Tentang Uang
Cerita favorit saya tentang sistem kredit (hutang) sebagai uang adalah "Saya Menginginkan Seluruh Dunia Plus 5%." Bagi Anda yang tidak menyukai bacaan panjang dan berat, dongeng itu bisa menjadi cerita pembuka selera Anda.
Hari ini saya akan memposting sebuah dongeng lagi. Cerita ini berisi hal yang sama, tentang kredit sebagai uang, sistem yang sudah dipakai di seluruh dunia selama beberapa ratus tahun terakhir (silahkan baca "Sejarah Pedagang Uang").
Bagi Anda yang masih hidup dalam ilusi bahwa Indonesia merdeka tahun 1945, bangunlah dari tidurmu.. Kita semua masih adalah budak, bedanya hanya tuan kita sekarang tidak muncul langsung di hadapan kita, memerintah kita untuk bekerja paksa.
Setiap sen uang di negara kita, dan juga negara lainnya adalah kredit, alias hutang. Dan Uang muncul hanya dalam bentuk kredit. Kita semua adalah penyewa uang, tidak lebih dari itu.
Yang namanya hutang harus dibayarkan kembali plus bunga yang tidak diciptakan oleh bankir. Sampai kapan pun total hutang tidak mungkin dilunasi. Tahun demi tahun, kita bekerja untuk hanya untuk melayani dan memperkaya sang pencipta kredit, para bankir...
Rabu, September 11, 2013
Kenapa Lukisan Wajah Nabi Muhammad tidak ada ?
Saat Nabi Muhammad SAW hidup, tidak ada seorang pun yang pernah melukis wajahnya, dan juga kamera foto belum lagi ditemukan.
Jadi itulah sebenarnya duduk masalahnya. Dan dengan masalah itu sebenarnya kita harus bangga. Sebab keharaman menggambar wajah nabi SAW justru merupakan bukti otentik betapa Islam sangat menjaga ashalah (originalitas) sumber ajarannya.
Jadi itulah sebenarnya duduk masalahnya. Dan dengan masalah itu sebenarnya kita harus bangga. Sebab keharaman menggambar wajah nabi SAW justru merupakan bukti otentik betapa Islam sangat menjaga ashalah (originalitas) sumber ajarannya.
Larangan melukis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait
dengan keharusan menjaga kemurnian ‘aqidah kaum muslimin. Sebagaimana
sejarah permulaan timbulnya paganisme atau penyembahan kepada berhala
adalah dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts,
Ya’uq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam. Memang pada awal
kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang
kesholihan mereka dan belum disembah. Tetapi setelah generasi ini
musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak mengerti tentang maksud
dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian syetan
menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang
sholih tersebut.
Senin, September 09, 2013
Dr. Adian Husaini, ”Sekalipun Pakai Mukena, Miss World Tetap Salah!”
Dalam sebuah training da’i dan pendidik bertajuk Mengembalikan
Indonesia Dalam Pangkuan Islam (25/05/2013) Dr. Adian Husaini membuka
materinya dengan menarik, menurutnya, akar masalah umat Islam hari ini
bukanlah kurangnya ilmu (ignorance) melainkan kerancuan atau kekacauan ilmu (confusion of knowledge).
Kerancuan ilmu ini menyebabkan hilangnya ketepatan dalam menilai dan menempatkan sesuatu atau diistilahkan dengan lost of adab.
Di mana adab adalah disiplin rohani, akli, dan jasmani yang
memungkinkan seseorang dan masyarakat mengenal dan meletakkan segala
sesuatu pada tempatnya sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan
Allah, sehingga menimbulkan keharmonisan dan keadilan dalam diri,
masyarakat, dan lingkungannya.
Doktor Peradaban Islam lulusan International Islamic University
Malaysia (IIUM) ini kemudian memberikan contoh realita umat Islam yang
menggambarkan kerancuan cara pandang yang salah. Salah satunya adalah
tentang fenomena umat Islam dalam merespon kontes kecantikan Miss World
2013. Banyak kaum muslimin bahkan mereka yang digelari ustadz tidak
masalah dengan diselenggarakannya ajang Miss World 2013 di negeri ini.
Mereka beralasan karena akan meningkatkan pendapatan negara dalam sektor
pariwisata di Indonesia. Toh katanya Miss World tahun ini tidak
menampilkan agenda berbikini atau disesuaikan dengan budaya ketimuran.
Langganan:
Postingan (Atom)