Rabu, Oktober 03, 2012

Ternyata Akhirat ‘Masih’ Tidak Kekal (6)


~ KETIKA YANG MATI BISA HIDUP KEMBALI ~

Salah satu issue yang ditegaskan berulang-ulang oleh Allah di dalam Al Qur’an adalah tentang bisa hidup kembalinya orang-orang yang sudah mati. Kenapa demikian? Karena, bagi yang tidak percaya kepada Al Qur’an, itu adalah hal yang mustahil. Al Qur’an sangat 'menyadari' hal itu, oleh karenanya dijelaskan berulang kali dengan redaksi yang berbeda-beda.

Karena masalah ini belum bisa dibuktikan secara empiris oleh sains, maka Al Qur’an ‘membuktikannya’ secara logika agar kita bisa memikirkannya dengan jernih. Ada tiga logika yang disodorkan Allah di dalam Firman-firman-Nya.

Yang pertama, terkait dengan munculnya kehidupan. Dengan sangat tegas Al Qur’an mengklaim bahwa kehidupan ini muncul karena diciptakan oleh Allah, Sang Maha Hidup. Bukan muncul dengan sendirinya. Atau apalagi dimunculkan oleh manusia. Sepanjang sejarah kemanusiaan, belum ada pakar biologi yang bisa menjelaskan darimana munculnya kehidupan itu. Kenapa asam amino yang sama bisa membentuk kehidupan, sementara lainnya tidak.


Diantaranya, percobaan yang dilakukan oleh Stanley Miller dengan percobaan lucutan listrik tegangan tinggi terhadap tabung berisi uap air, metana, amonia, gas hidrogen dan karbon dioksida. Dengan percobaannya itu ia bisa membuktikan bahwa unsur-unsur anorganik di alam bisa membentuk zat organik seperti asam amino, yang menjadi zat dasar penyusun kehidupan. Tetapi, sayangnya ia tidak bisa membuktikan darimana ‘daya hidup’ bisa muncul. Karena, asam amino yang ‘diciptakannya’ dari unsur-unsur anorganik itu ‘terbukti’ tetap sebagai benda mati. Daya hidup ‘terbukti’ tidak serta merta berada di dalam asam amino sebagai zat penyusun makhluk hidup.

Ambillah kasus telur ayam sebagai contoh sederhananya. Kenapa telur yang sama, sebelum dieramkan masih mati, tetapi setelah dieramkan menjadi hidup. (Atau, bisa juga dihangatkan dalam mesin penetas). Darimanakah ‘daya hidup’ itu berasal? Para pakar biologi tak ada yang mampu menjelaskan secara gamblang. Kecuali mengatakan: ‘’yaah, itu sudah inheren di dalamnya. Kalau dijalankan SOP-nya bakal hidup, dan kalau tidak dijalankan ya tetap mati...’’  Tak ada penjelasan lebih lanjut, karena dianggap sudah mentok. Dan selebihnya, divonis keluar dari koridor sains. Sebuah jawaban yang tak memuaskan bagi para pencari ‘hakikat kehidupan’. Karena, ternyata ‘daya hidup’ tidak dengan sendirinya berada di dalam benda mati.

Al Qur’an memberikan keterangan lanjutannya, bahwa kehidupan itu diberikan oleh Sang Maha Hidup. Dialah yang menjadikan benda-benda mati bisa hidup, atau tak jadi hidup jika dikehendaki-Nya. Dan, kemudian Dia pula yang mematikan makhluk yang sudah hidup, jika dikehendaki-Nya.

QS. Al Hajj (22): 5-7
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah (benda mati). Kemudian dari setetes air mani (sperma & ovum). Kemudian dari embrio (alaqah). Kemudian dari gumpalan daging (janin) yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. Agar (bisa) Kami jelaskan kepada kalian (proses penciptaan itu). Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi. Kemudian kalian mencapai kedewasaan. Dan di antara kalian ada yang dimatikan (saat usia muda), dan (adapula) yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, sehingga dia tidak tahu lagi sesuatu yang dulu telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi yang kering ini, bila Kami turunkan air di atasnya, ia menjadi hidup. Dan subur serta menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq (Sang Pencipta). Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati. Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sungguh, hari kiamat itu pasti datang. Tak ada keraguan tentangnya. Dan Allah pasti membangkitkan semua orang dari dalam kuburnya.

Ayat di atas memberikan logika dasar, bahwa karena Allah-lah yang memberikan kehidupan kepada benda-benda yang tadinya mati, maka adalah sebuah kemudahan bagi-Nya untuk menghidupkan kembali seluruh manusia dari dalam kuburnya. Apa susahnya..? :)

Logika kedua adalah: lebih mudah mengulangi daripada menciptakan di awal mula. Jika kita sudah mengimani Allah sebagai Sang Pencipta yang memberikan kehidupan, maka logika kedua ini akan semakin menguatkan. Bahwa, menciptakan manusia dari ‘tidak ada’ menjadi ‘ada’ saja Allah bisa, apalagi kelak hanya ‘membangkitkan’ dari kuburannya – sekedar bersifat pengulangan. Dimana tulang-tulang dan sebagian tubuh yang menyimpan genetika masih ada. Bukankah seluruh spesifikasi kita sebagai individu itu tersimpan di dalam genetika itu? Jadi, betapa lebih mudahnya bagi Allah untuk menghidupkan kita kembali. Seperti ‘menumbuhkan bibit’ tanaman saja layaknya. Karena di dalam bibit itulah seluruh cetak biru sifat tanaman berada.

QS. Ar Ruum (30): 27
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari awal, kemudian menghidupkannya kembali. Danmenghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

QS. Al Israa’ (17): 51
‘’... mereka bertanya: "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu kali pertama." Lalu mereka menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu ...’’

Boleh saja orang yang tidak beriman tidak percaya semua ini, sebagaimana diceritakan ayat di atas. Tetapi, runtutan logika yang disajikan Al Qur’an ini sungguh make-sense bagi orang-orang beriman. Allah adalah Sang Pencipta, Dialah yang mengadakan semua makhluk hidup ini dari awal, dan dengan mudahnya Dia akan mengulangi kembali, kelak di hari kebangkitan.

Logika ketiga, Allah membandingkan tingkat kesulitan penciptaan manusia dengan penciptaan alam alam semesta. Menurut Al Qur’an, penciptaan langit memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan manusia. Dari segi waktunya yang memakan durasi miliaran tahun dengan ukuran yang bermiliar triliun kilometer, dibandingkan manusia yang hanya membutuhkan waktu sembilan bulan dan berukuran tidak sampai dua meter. Maka, Allah menjelaskan dalam ayat-ayat berikut ini dengan gaya retoris. ‘Seakan-akan’ bertanya, tetapi sebenarnya sudah ketahuan jawabannya.

QS. An Naazi’aat (79): 27-28
Lebih sulit manakah menciptakan kalian ataukah langit (alam semesta)? Allah telah membinanya, meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya (tentu lebih sulit alam semesta).

QS. Al Ahqaaf (46): 33
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan tidak merasa payah karena menciptakannya itu, kuasa (pula) menghidupkan orang-orang mati? Ya, sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Simple sekali logika yang dibangun dalam ayat-ayat ini. Bahwa Allah yang Maha Kuasa menciptakan makhluk-makhluk lebih dahsyat dari manusia itu pasti tidak kesulitan untuk menghidupkan manusia, kelak di hari kebangkitan. Tentu saja, logika ini mudah diterima oleh mereka yang beriman, tetapi sangat sulit bagi yang tidak beriman. Tidak usah jadi pikiran.. :)

Lantas, bagaimana cara Allah menghidupkan manusia-manusia yang sudah mati itu? Al Qur’an sih tidak memberikan detil teknisnya, tetapi memberikan arah filosofisnya. Bahwa membangkitkan miliaran manusia itu bagi Allah adalah seperti membangkitkan satu diri saja: satu proses yang berdampak secara menyeluruh. Dan yang kedua, Allah memberikan ibarat seperti tanah tandus yang disirami air hujan, tiba-tiba bermunculan segala macam tanaman.

QS. Luqman (31): 28
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) itu melainkan hanya seperti(menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

QS. Al A’raaf (7): 57
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

Maka, di dalam buku ‘Ternyata Akhirat Tidak Kekal’ itu saya lantas menjelaskan sebuah mekanisme kebangkitan makhluk hidup secara serentak lewat proses membaliknya gerakan alam semesta. Universe yang kini sedang mengembang ini, menurut Al Qur’an suatu ketika akan digulung kembali berbalik arah menuju pusatnya.

Nah, dalam proses mengecil itu, hukum alamnya bakal berjalan secara terbalik, sehingga proses-proses alamiah yang terjadi sekarang ini menjadi berbalik arah. Yang rusak menuju tertata kembali, yang busuk menjadi segar kembali, dan yang mati menjadi hidup kembali. Bagaimana detilnya, akan saya paparkan di seri berikutnya.. :)

Wallahu a’lam bishshawab.

bersambung insyallah ... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar