Siapa yang tidak kenal Firaun, kisah fenomenal sepanjang sejarah umat manusia. Bahkan kisah Firaun diabadikan dalam kitab suci Al Qur’an dan Alkitab. Salah satu bukti sejarah yang menunjukkan keberadaan Firaun adalah Piramida Mesir yang termasuk tujuh dari keajaiban dunia. Firaun dikenal dan digambarkan sebagai penguasa Mesir yang memiliki kekuasaan tak terbatas dan mengklaim dirinya Tuhan bagi rakyatnya.
Pada awalnya istilah firaun digunakan untuk menyebut tempat tinggal raja atau istana kerajaan di Mesir. Lama kelamaan firaun pengertiannya bergeser menjadi gelar bagi penguasa-penguasa atau raja-raja Mesir. Pada masanya, Firaun memiliki kedudukan sebagai pemimpin negara, pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin keagamaan bagi rakyat Mesir. Memiliki otoritas dan absolutisme kekuasaan pada setiap sendi kehidupan rakyat Mesir dan tampuk kekuasaan yang tidak dibatasi oleh jangka waktu. Jabatan yang dipegang selama seumur hidup
Kekuasaan yang dimiliki firaun merupakan sistem negara yang dianggap wajar sebelum abad 17 M, mengingat kekuasaan seringkali di dapat secara turun temurun atau hasil dari penaklukan atas suatu wilayah. Penguasa merupakan tokoh politik sekaligus tokoh agama. Raja bahkan sering dianggap titisan dari dewa (Tuhan) yang menjelma manusia atau dianggap manusia setengah dewa. Raja adalah sosok yang memiliki kekuatan pikiran, kekuatan finansial dan kekuatan magis. Kata-kata raja adalah kata-kata Tuhan yang tidak dapat disangkal.
Firaun yang dikenal oleh umat manusia melalui sejarah yang tertulis dalam kitab suci Al Qur’an dan Alkitab adalah Firaun yang hidup pada masa Nabi Musa. Dan Firaun di kenang sebagai penguasa yang ingkar kepada ajaran Tuhan dan penguasa yang sangat zalim terhadap rakyatnya. Yang kehidupannya berakhir di Laut Merah ketika sedang melakukan pengejaran terhadap Nabi Musa dan pengikutnya. Simbol sebagai penguasa tiran, zalim dan angkuh kepada Tuhan dinisbatkan kepada Firaun. Pada masa kini, firaun sudah tidak ada lagi dan kekuasaannya hanya tinggal sejarah yang selalu terus diminati ilmuwan untuk penelitian-penelitian ilmiah.
Firaun Mesir kuno memang tidak ada lagi, tetapi lihatlah bagaimana peristiwa-peristiwa tragis dan memilukan yang terkait dengan kekuasaan/kepemimpinan senantiasa menghiasi wajah dunia. Keburaman sejarah Firaun berbanding dengan lurus dengan tipe kebanyakan kepemimpinan negara modern. Klaim Negara yang berdasarkan demokrasi, berpijak pada Hak Asasi Manusia, negara berdasarkan hukum, prinsip suara rakyat adalah suara Tuhan dan sejuta konsep asas-asas pemerintahan yang layak hanyalah slogan pemanis bibir yang berguna untuk mengelabui rakyat bukan menyejahterakan rakyat. Pemimpin-pemimpin masa kini memerintah rakyatnya tidak berbeda dengan gaya kepemimpinan Firaun, yang tega memperkerjakan lebih dari sepuluh ribu budak dan mengorbankan begitu banyak jiwa manusia untuk membangun piramida mesir.
Seperti layaknya Firaun yang hanya peduli dengan kekuasaan, kekayaan dan kehormatannya, pemimpin-pemimpin masa kini pun tidak peduli dengan kelaparan rakyatnya, kemiskinan, pendidikan yang rendah, pencurian uang rakyat dan asset negara, perpecahan umat. Mereka tidak peduli itu semua, mereka hanya berkutat dengan kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan, mendapatkan kekayaan yang berlimpah ruah dan kehormatan diri pribadi serta golongannya.
Kekuasaan tidak ingin dibatasi oleh waktu, selalu berupaya mempertahankan kekuasaan dengan berbagai kebijakan walaupun merugikan rakyat, walaupun harus dengan mengadu domba dan memecah belah umat, walaupun dengan politik dusta. Sebagaimana Firaun yang baru akan turun tahta jika nafas berhenti berhembus, maka pemimpin-pemimpin sekarang walaupun beribu rakyat menginginkannya turun dari tampuk dari kekuasaan bahkan dengan aksi yang berdarah, mereka juga tidak akan bergeming. Mereka terus akan bertahan dengan alasan keselamatan negara dan berusaha mengangkat putra mahkota yang tidak berkompeten untuk menggantikan dirinya. Kekuasaan diperjuangkan untuk selalu berada dalam lingkaran keluarganya.
Mencontoh Firaun yang hidup dalam istana mewah dan bergelimang harta, kekayaan yang diperoleh dari upeti rakyatnya yang sengsara. Pemimpin-pemimpin masa kini pun bangga hidup mewah di atas penderitaan rakyatnya. Mereka berlomba-lomba mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya dan berlomba-lomba juga untuk memamerkan kekayaannya walaupun di depan matanya terlihat jelas kemiskinan merajalela, angka kematian yang tinggi karena pelayanan kesehatan yang tidak mampu dijangkau rakyat kecil, anak-anak yang berkeliaran di jalan berkerja menafkahi hidupnya, jumlah pengangguran yang terus meningkat dan wajah-wajah hitam berdebu karena kelelahan akibat pemiskinan yang tersistematis oleh kebijakan negara.
Merujuk pada Firaun yang berani mengeluarkan maklumat untuk membunuh seluruh bayi laki-laki yang lahir dikarenakan mimpi akan lahir laki-laki yang akan mengalahkan kehormatan dirinya dan mengancam kekuasaannya, pemimpin-pemimpin masa kini pun akan menghabisi setiap orang yang dianggap dapat mengancam kehormatan dirinya dengan menghalalkan segala cara. Membunuh, mengasingkan, memenjarakan dan menyiksa siapapun yang berani menyerang kehormatannya.
Firaun –Firaun masa kini memiliki kekuatan yang jauh lebih dasyat daripada Firaun mesir kuno, mereka memiliki senjata-senjata canggih dan arsitek-arsitek ulung untuk meneguhkan kekuasaannya dengan dukungan mayoritas manusia-manusia oportunis dan hipokrit. Rakyat yang bersatu pun tidak sanggup menggulingkan kebesaran Firaun-Firaun masa kini. Dibutuhkan banyak orang sekeras dan setegas Nabi Musa untuk membebaskan rakyat dari kezaliman para Firaun masa kini, yang konsisten mengamalkan ajaran Tuhan, menuliskan pemikirannya secara akurat, membela kaum yang lemah, menyuarakan keadilan secara lantang dihadapan penguasa, mampu menyatukan umat dan membawa tongkat kebenaran untuk memukul setiap kemungkaran.
Sumber : http://sosbud.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar